Kamis, 19 Mei 2011

Tak ada yang Gratis untuk bisa Sukses


Oleh Anthony Dio Martin
Ceritanya, ada seorang pemuda yang ingin sekali ditato. Menurutnya, itu akan membuat tampak keren sekali. Akhirnya, datanglah dia ke tempat pembuatan tato dan bertemu dengan seorang bapak yang biasa mengerjakan tato.

Dari gambar-gambar tato yang tersedia, dia pun diminta memilih gambar favoritnya. Akhirnya, pilihannya jatuh kepada gambar seekor singa yang sangat bagus. Lalu, dengan segala perlengkapannya, mulailah si bapak ini mengerjakan tato buat si anak muda itu.

Setelah beberapa saat mengerjakan tato itu, si anak itu menjerit kesakitan, “Aduh! Sakit banget, ngapain si pak?”. Lalu, dengan wajah minta maaf si bapak itu mengatakan, “Saya sedang membuat ekor si singa”. “Udah deh. Kalau gitu, singanya nggak usah pake ekor saja”.
Akhirnya, kembali dengan hati-hati si bapak itu mengerjakan bagian tato yang lainnya. Kali ini, si anak itu kembali berteriak lagi, “Waduhh! Sakit! Ini bagian apa lagi?” Lalu, si bapak itu menjawab, “Ini lagi membuat kumisnya si singa”. “Udah deh Pak, Singanya nggak usah pake kumis deh”.
Lalu, hampir setiap di setiap bagian yang di tato, si anak ini terus berteriak kesakitan. Akhirnya, lama-kelamaan, si bapak ini berhenti dan dengan jengkel berkata, “Gimana caranya kamu bisa dapatkan tatomu, tanpa mau bertahan merasakan rasa sakit ini?”

Kisah menarik di atas, kembali untuk menyindir mereka yang ingin sukses, tetapi malas dan tidak ingin membayar ongkosnya. Dan dalam pelatihan fi rewalking (berjalan di bara api) yang baru-baru ini kami lakukan, salah satu tema penting yang diangkat adalah, “selalu ada ongkos yang mesti dibayar untuk menjadi sukses!”.
Paling tidak, ada tiga ongkos yang sering kali harus kita korbankan untuk menjadi sukses yakni kesenangan, waktu, dan uang. Mari kita bahas bagaimana pengorbanan ketiga hal ini penting bagi sukses kita.

Korbankan kesenangan

Ada sebuah kalimat bijak yang sangat bagus, “Orang sukses pun sebenarnya enggan melakukan hal-hal yang enggan dilakukan oleh orang-orang yang tidak sukses. Hanya saja mereka tetap mau melakukannya, meskipun situasinya tidak menyenangkan baginya”.
Artinya, kalau kita perhatikan mereka yang sukses, mereka pun malas untuk berlatih, malas untuk bangun pagi serta malas untuk mengontak orang banyak demi kesuksesannya. Namun, karena mereka berfokus pada pencapaiannya, maka situasi yang seberat apa pun, mereka bersedia jalani.
Dalam istilah motivasi, kemampuan untuk menunda kesenangan demi suatu tujuan yang lebih penting atau lebih besar sering kali disebut sebagai delay gratifi cation atau dalam bahasa Indonesianya ya kemampuan menunda keinginan.

Memang sulit rasanya kalau kita ingin melihat ada yang mau sukses, tetapi tidak mau mengorbankan kesenangannya. Misalnya saja, diceritakan bagaimana Arnold Schwarzenegger bercerita bagaimana dia harus rela makan makanan yang bergizi tinggi tetapi ‘tidak lezat’ selama bertahun-tahun demi mendapatkan tubuhnya yang bagus.
Kesenangan ini memang akhirnya dilupakan, ditunda, dan dikesampingkan oleh mereka yang ingin meraih sesuatu. Namun, sebagai balasannya, akhirnya tatkala apa yang ingin mereka raih itu bisa diperoleh, maka kesenangannya pun menjadi berlipat ganda.

Korbankan waktu

Diceritakan, sementara rekan-rekannya telah pulang ke rumah, Michael Jordan seringkali memaksa dirinya berlatih lebih panjang lagi. Begitulah, sukses juga berarti berlatih dan belajar lebih keras dan itulah yang dilakukan oleh mereka yang akhirnya meraih kesuksesan dan keberhasilan yang lebih baik.

Rata-rata, mereka bersedia memberikan waktu yang lebih lama dan lebih panjang untuk menyempurnakan kemampuan serta keterampilan mereka, melebihi mereka yang biasa-biasa saja. Akibatnya, pada saat mereka tam pil, memang mereka kelihatannya begitu mudah dan begitu gampang melakukannya. Namun di balik penampilan mereka yang tampaknya begitu mudah terdapat rahasia latihan selama berjam-jam hingga bertahun-tahun.

Pada saat raja pop Michael Jackson me ninggal, terungkap banyak sekali sisi lain dibalik ke hidupannya. Salah satunya, adalah soal perilakunya yang kadang-kadang seperti anakanak. Ternyata memang, sejak kecil, Michael Jackson serta saudaranya yang tergabung da lam The Jackson Five, telah kehilangan masa ke cilnya. Waktu kecil mereka harus dibayar untuk latihan selama berjam-jam di atas panggung.

Korbankan uang

Meskipun tidak semua sukses harus berarti mengorbankan uang, tetapi ada kalanya kita mesti tidak ‘pelit’ untuk bisa meraih apa yang kita inginkan. Untuk berhasil dalam kehidupan, kadang kita harus rela membayar uang sekolah agar mendapatkan ilmu yang akan menunjang kemampuan kita akhirnya.
Sama seperti halnya seorang dokter harus membayar uang sekolah sebelum ia diakui sebagai seorang dokter yang berhasil. Begitu pula, terkadang seorang aktor dan aktris harus membayar uang sekokah untuk mengikuti kursus akting agar bisa tampil lebih baik.

Terkadang untuk berhasil ada uang sekolah yang mesti rela kita bayarkan. Begitu pula, ter kadang, untuk bisa sukses kita mesti rela merogoh kocek dan mengikuti kursus ini dan itu.
Di akhir tulisan ini, saya hanya ingn mengingatkan bahwa tidak ada sukses yang gratis. Seorang pemancing saja tahu bahwa untuk mendapatkan seekor ikan, ia harus rela mengorbankan cacing, udang ataupun umpan lain yang harus ditaruhnya di kail untuk mendapatkan ikan yang besar. Sukses selalu ada ongkosnya, dan kita mesti rela membayarnya.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com Modifikasi by NafasWeb BlogCatalog Blog Directory