Bisnis adalah seni yang butuh sentuhan dan
kreatifitas serta ilmu tingkat tinggi layaknya seorang Mpu yang mampu membuat
keris yang sakti Mandraguna. Kalau orang yang menjiwai seni dalam berbisnis,
maka apapun yang terjadi adalah bagian dari seni itu sendiri. Karena seni yang
merugi tidak membuat sakit hati yang berkepanjangan bagi empunya, melainkan
cambuk untuk lebih hati-hati dan belajar lebih tinggi agar bisa terbang tinggi.
Tertipu tidak merasa malu melainkan pelajaran yang tak perlu ditiru oleh orang
lain dan diulangi lagi. Rugi adalah hal biasa sebagai mana sepi tak ada
pembeli itu wajar dalam berdagang. Untung besarpun tak membuat kepala membesar,
melainkan mensyukuri bahwa usaha kita berhasil, karena kesombongan adalah awal
dari kejatuhan yang menyesakkan dada. Semuanya serba berpasangan dan siklus
tersebut selalu berputar ibarat roda yang terus berputar. Seni lah yang membuat
segalanya terasa indah dan bernilai.
Kita tahu bahwa dalam memulai bisnis ada rumus 4
E: Easy (enteng), Enjoy (enak), Excellent (edun), Eaern (e…
ada duitnya). Kalau keempat E tersebut telah kita miliki maka bersiaplah
menyandang predikat sukses. Istilah lainnya adalah naik kelas/naik
golongan dalam karir kerja. Ada beberapa tingkatan pengusaha yaitu; mikro,
kecil, menengah, besar, corporate. Saat ini kita berada di posisi mana, maka
kapan kita akan naik kelas ke posisi di atasnya. Jangan-jangan ada yang tidak
tahu posisi bisnisnya ada dimana. Untuk melihatnya gampang lihat saja atau
omzet anda pertahun. Kalau masih dibawah 1M pertahun ya namanya Mikro &
Kecil, kalau setahun omzetnya 5-6 Milyar kelas menengah, omset 10-20 Milyar
setahun kelas besar, kalau kelas corporate omsetnya 30-100 Milyar pertahun.Atau
ada yang mengatakan anda berani kehilangan uang berapa yang membuat anda tidak
nangis.Kalau ini jagan ditiru masak udah gede nangis, anak kecil sekarang aja
sudah banyak yang punya usaha Milyaran tapi diluar negeri sono. Kalau di sini
belum ada deh kayaknya.
Kesalahan kita dalam berbisnis adalah merasa
kalau bisnisnya sudah jalan dan sudah menghasilkan berarti sudah sukses.
Sementara kalau ditanya berapa laba usaha anda dalam setahun? Bingung deh
Jawabannya, yang penting keluarga bisa makan, anak bisa sekolah dan rumah tidak
terjual. Ditambah tidak ada pencatatan jadi tidak diketahui cashflownya, biaya
tetap, penyertaan modal dan laba ruginya. Usaha yang seperti ini dipastikan
tidak akan maju, berkembang dan besar alias stagnan ditempat dan menunggu titik
jenuh.
Bisnis itu ada ilmunya kata siapa bisnis itu
bakat ( bakal nekat). Bagaimana bisa naik kelas kalau ilmunya saja tidak tahu? Intinya
setiap naik kelas pelajaranya juga berbeda, hitung-hitunganya juga berbeda.
Gurunya juga berbeda, Jadi demi kesuksesan berbisnis alokasikan waktu untuk
belajar, membaca, mengikuti seminar dan pelatihan dan bertanya pada mentor yang
lebih tinggi. Semua bisnis besar pasti awalnya sama dari kecil dan 99% adalah
perusahaan keluarga atau pribadi. Pengusaha yang mendapatkan pinjaman bank
besar, awalnya sama dari kecil juga. Corporate yang memiliki banyak karyawan
pasti awalnya hanya beberapa orang saja. Nah.. bisa kan logika tersebut itu
dibalik? Usaha saya kecil. Tenang saja, CIPUTRA juga awalnya kecil, Om Liem
awalnya jualan keliling. Hutang saya banyak. Jangan dipikirin, ngapain hutang
dipikirin? Hutang itu jangan dipikirin tapi dibayar! Tapi Jangan takut untuk
berhutang.Karyawan saya kok susah diatur, kok susah karena belum menguasai ilmu
SDM for UKM dari Ibu Litta Mucharom Finalis Ernst & Young Asia pasifik 2011.
Tenang saja ada saatnya ketika kita mengetahui ilmunya semuanya akan beres dan
teratasi.Sama ketika kita masih bayi dan belajar jalan kok ya susah jatuh terus
setelah tahu ilmunya jadi lancar bahkan bisa berlari kencang.Al-quran saja
pertama kali turun adalah Al-Alaq dengan ayat pertama iqro “ bacalah” maknanya adalah
sangat dalam agar kita belajar dan menguasai. Karena sesuatu yang dipegang oleh
bukan ahlinya maka tunggulah kehancuranya.
Jadi sebenarnya yang menjadi masalah bukan
masalah itu sendiri, melainkan kita lah yang menjadi masalah itu sendiri karena
memandang dan memperlakukan masalah dengan salah. Masalah timbul berarti ada
kekurangan dalam diri kita. Kita harus lebih tinggi dari masalah itu biar kita
bisa mengatasinya. Biasanya usaha mikro atau kecil, sangat rapuh. Karena banyak
yang memulai usaha hanya berawal dari keinginan dan coba-coba. Salahkah? Tentu saja
tidak. Tapi yang menjadi masalah banyak yang terjebak, dari mulai pertama usaha
tempatnya disitu-situ juga, karyawannya dia-dia juga, omzetnya segitu-gitu aja.
Kalau ditanya mana bukti/hasil usaha? Jawabnya, tuh anak bisa sekolah, dapur
bisa ngebul dan bisa makan setiap hari. Dipastikan pengusaha yang seperti ini
sifatnya gali lobang makin dalam.
Usaha kita tentu ingin besar, ingin maju dan bisa
sukses. Tapi bagaimana bisa kalau ilmu kita terbatas. Kerja keras saja tidak
cukup, karena orang yang kerja keras dapatnya capai. Orang yang banyak duitnya
biasanya nyantai tapi dengan kerja cerdas.
Kita perlu merenungkan usaha kita. Kalau sudah
puas dengan usaha kita, bersegeralah pensiun. Kasih kesempatan atau kaderisasi
demi menjadi continuitas usaha kita, bahkan ketika kita telah tiada. Bagi yang
belum puas, inilah saatnya untuk berintrospeksi. Jangan-jangan ada yang salah.
Jangan-jangan ada yang kurang.
Kita berada di penghujung tahun, menjadi
kewajiban untuk mengevaluasi bisnis kita. Apa yang telah, belum, sedang dan
akan dicapai. Target apa yang tidak tercapai. Apa penyebabnya. Bagaimana
mengatasinya. Apa Strategi yang akan kita lakukan di tahun depan untuk
membesarkan bisnis kita agar bisa nai kelas. Kenapa bisa begitu. Untuk tahun
depannya sudah seharusnya kita memasang target, menetapkan strategi dan
berjalan menuju taget. Target ini sangat penting, sebab tanpa target tidak akan
jelas capaian apa yang akan diraih. Tahun depan bisnis kita akan bagaimana,
akan seperti apa, dan akan menghasilkan omzet berapa.Ibarat Mobil/Bus harus
punya tujuan yang jelas agar tidak sia-sia buang solar dan bisa lari sekenacng
mungkin mengangkut rit yang banyak.
Bisnis harus naik kelas, jangan mau bisnis 10
tahun hanya mengulang keadaan tahun pertama 10 kali. Bayangkan kalau di sekolah
ada anak yang tidak naik kelas 10 kali, apa yang dilakukan? Besar kemungkinan
dikeluarkan. Bagaimana pula dengan bisnis kita, 5 tahun begitu-begitu saja
tidak ada perubahan, kalaupun ada yang punyanya makin tua sudah saatnya di
evaluasi, bila perlu disuntik mati saja, gantai yang lian dengan strategi dan
ilmu tentunya.
0 komentar:
Posting Komentar