Perang harga tidak terelakkan lagi saat pasar sebuah produk begitu
tinggi tingkat persaingannya. Solusi menurunkan harga menjadi jurus
ampuh memenangkan persaingan paling tidak untuk jangka pendek, yang dilakukan oleh produsen, toko, ataupun pusat grosir. Bahkan
dalam perang harga tidak jarang produsen memasang " harga rugi", yang
penting bisa merebut pasar. Yang tidak kuat dalam persaingan ini akan
tumbang satu persatu karena kehabisan amunisi dan modal. Namun yang bisa
bertahan akan menguasai pasar dan bisa memainkan harga dan peranan untuk produk
selanjutnya.
Namun sebenarnya tidak selalu demikian, karena pesaing-pesaing baru akan bermunculan juga dalam perang harga ini. Perang harga selalu menyakitkan karena akan ada yang disakiti dalam hal ini. Perang harga tidak selalu menjadi alternatif saat persaingan begitu sengit. Ada langkah lain yang bisa dilakukan selain turut andil dalam perang harga ini yaitu inovasi. Langkah inovasi produk dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari perang harga .
Namun sebenarnya tidak selalu demikian, karena pesaing-pesaing baru akan bermunculan juga dalam perang harga ini. Perang harga selalu menyakitkan karena akan ada yang disakiti dalam hal ini. Perang harga tidak selalu menjadi alternatif saat persaingan begitu sengit. Ada langkah lain yang bisa dilakukan selain turut andil dalam perang harga ini yaitu inovasi. Langkah inovasi produk dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari perang harga .
Sebuah contoh inovasi produk dalam menghindarkan perang harga adalah
antara Rinso dan Attack. Dua produk ini sama-sama bersaing dalam pasar
sabun bubuk. Selama ini deterjen selalu identik dalam bentuk bubuk dan
ini dimiliki oleh kedua produk tersebut. Dalam persaingan tersebut
mereka melakukan diferensiasi yang diwujudkan dalam bentuk atribut
seperti kandungan, wewangiannya, anti kuman, tidak merusak kulit tangan,
atau tidak mencemari lingkungan.
Rinso dan Attack memakai jalan yang berbeda. Rinso dengan Rinso
Cairnya mencoba merombak pasar bahwa deterjen tidak harus selalu dalam
bentuk bubuk. Meski demikian, Rinso Cair ini tidak akan merombak
perilaku konsumen yang selama ini sudah “mendarah daging” dengan
deterjen bubuk. Tidak ada alasan yang kuat bagi konsumen untuk berpindah
dari bentuk bubuk ke deterjen cair. Meski ini akan menciptakan persepsi
bahwa Rinso sangat inovatif, namun tidak akan mengubah perilaku
konsumen. Dalam jangka panjang, Rinso Cair ini tidak bisa bertahan lama.
Sedangkan Attack Batik Cleaner mencoba memanfaatkan momentum berbatik
di Indonesia. Konsekuensinya, bermain lebih sempit, yaitu di kategori
konsumen pemakai batik. Namun, persepsi yang ditanamkan akan sangat kuat
bahwa batik tidak bagus dicuci dengan deterjen biasa. Analisisnya bahwa
pembuatan batik yang berbeda dengan tekstil pada umumnya, membutuhkan
deterjen yang khusus untuk batik.
Adanya Rinso Cair akan sebatas mengangkat brand image Rinso secara
keseluruhan yang inovatif. Namun kalau dilihat dari single produknya,
saya analisis Rinso Cair tidak serta merta menarik konsumen yang memakai
deterjen bubuk pindah ke Rinso Cair. Efeknya, sekadar mencoba sekali,
bahkan kanibal bisa terjadi untuk Rinso Cair. Peluang pembelian Rinso
Cair untuk jangka panjang relatif terbatas. Jadi, kalau tujuan Rinso
Cair hanya untuk memperkuat brand image Rinso yang inovatif, itu langkah
yang sangat pas. Tetapi, kalau untuk menggantungkan penjualan dari
Rinso Cair, maka agak sulit.
Sementara itu, Attack Batik Cleaner menciptakan pasar bagi pemakai
batik. Memang pasarnya tidak sangat besar karena spesialisasi, kecuali
jumlah pemakai batik semakin bertambah. Namun, upaya Attack Batik
Cleaner ini bisa menambah penjualan bagi Kao. Yang penting, komunikasi
Attack harus cocok. Misalnya, harus mendekati toko-toko batik (push
strategy) supaya merekomendasikan konsumennya mencuci pakaian yang
dibeli dengan Attack Batik Cleaner. Kalau ini rajin dilakukan, Attack
Batik Cleaner akan mampu menguasai deterjen khusus untuk batik.
Langkah inovasi memang penting dilakukan jika tidak ingin bermain
pada perang harga yang cukup melelahkan dan saling melukai antar satu
produsen dengan produsen yang lain. Selain inovasi dalam produk, bisa
juga menempuh jalan spesialisasi pada segmen tertentu, misalnya khusus
untuk pakaian bayi dan lain-lain.[ galeriUKM]
0 komentar:
Posting Komentar